21 Januari 2009

Betutu (Oxyeleotris marmorata)


Ikan betutu merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi bukan hanya dikonsumsi lokal melainkan juga merupakan komoditas ekspor. Harga ikan betutu ditingkat eksportir berkisar 120.000-190.000 perkilogramnya, untuk ukuran 300 - 400 g/ekor. Bisnis ikan betutu hingga saat ini sebagian besar masih tergantung dari penangkapan di alam.
Secara teknis ikan betutu memang masih sulit untuk dibudidayakan. Namun melalui serangkaian uji coba yang dilakukan oleh para ahli, ikan betutu sudah dapat dipijahkan baik secara alami maupun dengan menggunakan rangsangan hormone. Kendala utama dalam budidaya ikan betutu ialah lamanya pertumbuhan ikan tersebut. Untuk mencapai ukuran siap dibesarkan ( 50 - 100 g per ekor) membutuhkan waktu sekitar 8 - 13 bulan, sedangkan untuk mencapai ukuran konsumsi (1 - 2 ekor per kg ) membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun. Salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan budidaya perikanan adalah kualitas benih dan pakan yang baik. Pakan tersebut harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang baik. Karena dengan pemberian pakan yang berkualitas baik maka akan didapatkan pertumbuhan yang baik pula. Kualitas dari pakan yang baik adalah kandungan gizi yang tinggi, seperti protein yang dibutuhkan oleh benih ikan.
Salah satu pakan alami yang disenangi benih betutu adalah cacing tubifex. Cacing tubifex merupakan jenis pakan alami yang baik bagi pertumbuhan benih ikan. Cacing ini mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu, sekitar 58,20%. Cacing tubifex berukuran panjang 1–2 cm, sehingga dapat diberikan kepada benih betutu yang berukuran 3–5 cm, karena sesuai dengan bukaan mulut benih betutu yang berukuran 2 mm.
1. Klasifikasi Ikan Betutu
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan singapura, Foey (1968), betutu digolongkan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Superkelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Subordo : Gobioidae
Famili : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Species : Oxyeleotris marmorata Bleeker
Betutu memiliki nama lokal yang sangat beragam, yaitu bloso, ikan malas, ikan bodoh (Jawa); bakut, batutuk, belutu, ikan hantu (Kalimantan); bakut, beluru, bakutut (Sumatera); batutu, ubi, ketutu, belantok (Malaysia); pla bu sai (Thailand); ca bung tuong (Vietnam); marbled goby, sand goby (nama internasional); soon hock (cina). Nama yang paling populer ialah betutu, sekaligus digunakan sebagai nama resmi dalam dunia perikanan, bahkan sudah menjadi nama komersialnya.
2. Morfologi Ikan Betutu
Jika dilihat sepintas, tampang betutu cukup menyeramkan. Bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak (gepeng). Matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak - gerakkan. Mulut lebar, tebal, dengan gigi kecil - kecil, tetapi tajam. Cukup beralasan jika betutu disebut sebagai “ikan hantu”.
Komarudin (2000), menjabarkan ciri-ciri sebagai berikut. Tubuhnya memanjang bagian depan silindris dan bagian belakang pipih, panjang total 5 - 6 kali tinggi badan, kepala gepeng, panjangnya 1/4 - 1/3 dari panjang total, moncong meruncing, rahang bawah lebih kedepan daripada rahang atas, gigi terdiri dari beberapa deret, pada deret terluar ukurannya lebih besar, beberapa gigi menyerupai taring (tidak memiliki taring yang jelas). Sisiknya kecil - kecil dan teratur rapi. Sebagian besar tubuhnya diselimuti sisik ctenoid, sedangkan bagian kepala, tengkuk dan dada ditutupi sisik cycloid. Sisik kepala terdapat di atas moncong, pipi, dan tutup insang. Ukuran sisik pada tutup insang sedikit lebih besar dibandingkan sisik pada bagian lainnya.
Betutu memiliki dua buah sirip punggung yang bentuknya melebar. Sirip punggung kedua (D2) sedikit lebih tinggi atau lebih panjang dari yang depan (D1). Jari - jari kedua dan ketiga pada sirip pungung pertama lebih panjang dari yang lainnya. Sirip anal (A) lebih pendek dari sirip punggung yang kedua. Sirip perut (V) sangat pendek dan ukurannya paling kecil dibandingkan sirip - sirip lainnya, sementara sirip dada (P) bentuknya membundar dan lebar. Sirip ekor (C) juga membundar, menandakan ikan ini bisa bergerak cepat secara tiba - tiba. Sirip ekor demikikian juga merupakan ciri ikan buas; suka memangsa hewan lain. Rumusnya adalah D.1. VI; D.2. I. 9; A. I 7-8; P. 17-19; L.1. 80-90; L.tr.  25. (sirip punggung pertama memiliki 6 buah jari jari keras; sirip punggung kedua memiliki 1 jari jari keras dan 9 jari - jari lunak; sirip dubur memiliki 1 jari-jari keras dan 7 - 8 jari - jari lunak; sirip dada dengan 17 - 19 jari - jari lunak; linea literalis atau gurat sisi terdiri atas 80 - 90 buah sisik, sementara linea tranversalis atau gurat melintang dengan  25 sisik.Tubuh betutu berwarna kecoklatan sampai gelap dengan bercak - bercak hitam menyebar. Bagian atas tubuh lebih gelap, sementara bagian bawahnya terang. Pada bagian bawah kepala terdapat tanda berwarna merah muda. Tubuh bagian belakang ditandai oleh tiga buah garis melintang tak beraturan berwarna merah. Pola warna ini sering digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Tubuh ikan betina umumya lebih gelap daripada yang jantan.
Sejauh yang pernah ditemukan, betutu dapat mencpai panjang total 70 cm dengan berat 5 kg. Namun, ikan ini sudah mulai dewasa atau dapat mencapai matang gonad pada ukuran 200 g, sementara ukuran konsumsi biasanya antara 300 -1.000 g/ekor.
3. Habitat dan Penyebaran Ikan Betutu
Habitat atau tempat penyebaran betutu tersebar luas, meliputi perairan perairan tawar di daerah beriklim tropis atau subtropis. Betutu menyenangi tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa, danau, atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya di dalam lumpur. Tempat-tempat yang banyak tumbuhan airnya juga disukai sebagai tempat berlindung dan sekaligus tempat melangsungkan pemijahan.
Betutu tersebar di wilayah Asia tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, filipina, Indonesia hingga Kepulauan Fiji di Pasifik. Di Indonesia, penyebaran betutu meliputi beberapa daerah berikut :
1. Sumatra : Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Kota, Sungai Si Russu, Enggano (Bua Bua ), Riau, dan Lampung.
2. Kalimantan : Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu Pangal, Semitau, Danau Baram, Danau Jempang, Pontianak, Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Mahakam, Serawak, Kinabatangan, Lahat Datu, dan Tenom.
3. Jawa : Sungai sungai yang bermuara kelaut Jawa, misalnya Cisadane, Citarum (Waduk Saguling dan Cirata).
Terlepas dari asal usul berkembangnya ikan ini di suatu lokasi, terdapat faktor faktor yang sangat berperan di dalamnya. Misalnya saja ketersediaan pakan dan kondisi perairan yang sesuai. Jika pada perairan tersebut tersedia tempat yang cocok disertai pakan berlimpah, hampir dapat dipastikan ikan ini akan beranak pinak. Sebagai ikan danau, betutu menyukai tempat yang tenang, kalaupun ada arusnya tidak deras dan terlindung oleh tumbuhan air.
4. Tingkah Laku
Betutu hidup baik di perairan tawar. Biasanya pada tempat-tempat yang berair tenang, berlumpur, pada kedalaman kira-kira 40 cm. Ikan ini hidup di dasar perairan, hanya sekali–kali saja menyembul di permukaan. Tempat agak gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat mengintip mangsa. Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas permukaan air, di sekitar tempat persembunyiannya.
Sifat yang sangat menonjol dari ikan ini adalah pemalas, tabiatnya memang malas bergerak. Saking malasnya, bisa berjam-jam lamanya betutu hanya diam ditempatnya, tanpa bergeser sedikitpun. Jika ada yang menyentuh tubuhnya atau ada mangsa didekatnya, barulah betutu akan bergerak cepat kemudian berhenti dengan tiba-tiba, gerakannya kadang-kadang sulit diikuti.
Dengan tabiat seperti itu, untuk mencari makanpun betutu merasa enggan. Ia hanya menunggu manakala perutnya terasa lapar, barulah betutu akan menyambar ikan - ikan kecil yang melintas di depannya. Setelah kenyang, ia kembali diam lagi. Ikan yang bertampang mirip gabus ini ternyata tidak sekedar diam di tempat, tetapi juga “tidur”. Oleh karenanya, cukup beralasan bila ada orang menyebutnya sebagai sleeper goby, alias si “tukang tidur”.
Betutu tampak lebih agresif di malam hari. Ikan ini akan terlihat mengintip mangsa jika malam telah menjelang. Demikian pula dalam hal berkembang biak. Ikan ini seperti juga ikan-ikan lainnya lebih memilih waktu malam hari sebagai saat mengadakan perkawinan.
5. Pakan dan Kebiasaan Makan
Betutu merupakan pemangsa yang sangat rakus. Ikan ini dapat memakan mangsa seberat bobot tubuhnya setiap hari. Meskipun demikian, sesuai tabiatnya yang malas, ikan ini hanya menunggu mangsa lewat didekatnya. untuk itu ia memakai jurus diam seperti benda mati hingga datang kesempatan menyambar mangsanya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur. Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea), dan serangga air (insekta). Sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air (Daphnia, Cladocera, Copepoda), jentik-jentik serangga , dan rotifera. Pada stadia larva, betutu juga memakan flankton nabati (ganggang) dan flankton hewani berukuran renik.
Hingga saat ini ikan betutu belum terbiasa memakan pakan buatan berupa pelet atau sebangsanya. Paling tidak, betutu mau memakan daging ikan yang sudah dipotong-potong , ikan rucah (trashfish), atau daging bekicot. Mangsa dalam keadaan hidup/segar lebih disukainya. Dari hasil pengamatan isi saluran pencernaan, baik betutu muda ataupun dewasa, mangsa utama adalah udang air tawar (palaemonidae), serangga air, dan ikan-ikan kecil.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Dunia Perikanan. Copyright 2009 All Rights Reserved